Di Jepang orang-orang bertato sering ditolak masuk tempat-tempat umum, seperti kolam renang, pemandian, pantai-pantai, dan sering kali pusat kebugaran. Tato juga bisa mempersulit prospek mencari pekerjaan. Bagi masyarakat Jepang, tato adalah penanda kriminal. Dan pandangan itu sudah mengakar sejak berabad-abad.
Pada abad ke-17, para penjahat dicap dengan tato sebagai hukuman. Sekarang, anggota mafia Jepang, yakuza, merajah tubuh mereka dengan tato tradisional “irezumi” sebagai tanda kesediaan. Ketika Jepang mulai membuka diri kepada dunia luar pada 1800an, tato dan kegiatan lain seperti pawang ular dan telanjang dimuka umum, dilarang. Jepang khawatir masyarakat luar menganggap mereka “primitive”,
Padahal, pada saat yang sama, para bangsawan Eropa datang ke Jepang dan diam-diam mentato tubuh mereka. Larangan tato berakhir pada 1948 setelah dicabut oleh tentara Amerika yang menduduki Jepang. Tapi stigma tato masih melekat kuat di Jepang.