VIVA – AHY menuturkan, kasus di Solo dan Medan, yang sering disebut-sebut sebagai dinasti politik, juga ditemukan di kota atau kabupaten lain. Seperti, seorang ayah, atau ibu yang digantikan anaknya menjadi kepala daerah. Atau seorang suami, digantikan istrinya.
"Demokrat mengikuti pilkada di 250 daerah dari 270. Saya lihat cermat, dinasti politik tidak juga," katanya.
AHY menyampaikan, selagi kompetisi dijalankan dengan baik, fair, tidak ada kekuasaan yang digunakan untuk memenangkan si kandidat, maka dikembalikan saja ke masyarakat.
"Apakah setuju dengan calon tersebut, asal fair, tidak ada kekuasaan tertentu untuk memenangkan kandidat tertentu," ujarnya.
Dia menambahkan, untuk Solo, Demokrat tidak memiliki kursi, sehingga tidak bisa menjadi partai pengusung. Sementara itu, di Medan, mereka punya dan mengusung Akhyar Nasution.
"Kansnya baik. Berdasarkan survei, Akhyar Nasution kandidat yang baik," katanya.
Kota Solo dan Medan menjadi perhatian masyarakat dalam Pilkada 2020. Sebab, di dua daerah itu, anak dan menantu Presiden Joko Widodo turut maju sebagai calon wali kota.
Direktur United Tractors Buka-bukaan Strategi Bisnis
Perempuan Bisa Dijerat Pidana Kekerasan Seksual
Menkes Blak-blakan Bullying di Kedokteran
Cak Imin Siap Dukung Prabowo Jadi Capres 2024!
Menpora Berharap Target di SEA Games Kamboja Tidak Meleset
I Gede Pasek: PKN Akan Kembalikan Kejayaan Nusantara
Iwan Bule Bicara soal Timnas Israel di Piala Dunia U-20
Partai Buruh Dihidupkan Kembali karena Omnibus Law
Kisah Anwar Ibrahim akan Terjadi pada Anas Urbaningrum
Tax Amnesti adalah Cara Orang Kaya Ambil Kekayaan Negara